Fenomena Jabal Magnet Madinah

Jabal Magnet, terletak diluar wilayah haram, didaerah Mantigo Baidho. Dan lokasi yang mengandung kekuatan magnet besar itu terletak sekitar 30 km di utara Madinah. Untuk mengakses ke arah jabal magnet melalui hamparan pasir pepohonan dan gunung berbatu menambah keindahannya. Konon jabal magnet ini merupakan pusat magnet terbesar didunia. Hal ini dirasakan dari daya magnet terhadap mobil yang dalam posisi pereneling netral mobil dapat melaju kencang hingga kecepatan 120 km/jam. Sebaliknya, kendaraan yang melintas menuju jabal magnet akan terasa berat karena terjadi arus tarik menarik.

Tidak ada batasan yang jelas mulai dari mana jalan yang memiliki daya magnet itu. Tapi jika dirasakan pengaruh magnet itu mulai bila kendaraan melaju dari bendungan air yang terletak tak jauh dari putaran hingga bukit menjelang belokan ke Madinah. Setelah sekitar melaju lima kilometer, kecepatan mobil mulai berkurang sedikit demi sedikit, padahal jalan masih menurun. Akhirnya, mobil memiliki kecepatan lambat saat berada di depan bendungan air.

Jalan-jalan di kota Madinah menurun namun kondisinya tidak curam, yang mengherankan ketika kendaraan terus melaju dengan kecepatan tinggi hingga mencapai 120 km/jam, meski mesin mobil dimatikan. Namun keajaiban yang ada di tanah suci itu hanya berlangsung sekira 2-3 kilometer.


Fenomena yang mengesankan disini adalah efek keterbalikan gravitasi. Saat anda jalan menurun rasanya sangat sulit. Pedal gas harus ditekan dalam-dalam. Sebaliknya saat anda menanjak naik, kendaraan seolah bergerak begitu saja. Anda bahkan tidak perlu menekan pedal. Bila anda yang biasa di pegunungan tentunya anda tahu kalau sebaliknya lah yang masuk akal. Naik sangat sulit karena melawan gravitasi, sementara turun sangat gampang karena dibantu gravitasi. Bukan hanya dengan kendaraan, menuang air atau menggulirkan bola akan tampak naik mendaki, bukannya turun.

Daerah semacam ini bukan hanya ada di Madinah, tapi di China : (Liaoning, Shan Dong, Xi An), Taiwan, Uruguay, India (Ladakh), dan Korea. Dan tidak ketinggalan di Gunung Kelud, Gunung Semeru dan mungkin di Pager Gunung Pekalongan, negara kita sendiri. Beberapa orang langsung mengaitkannya dengan UFO, paranormal, mukjizat, religius, hantu, dan hal-hal yang justru lebih aneh lagi dari fenomenanya sendiri.

Dari sejumlah informasi yang berkembang di Madinah, menyebutkan dulunya Jabal Magnet ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang Arab Baduy. Saat itu si Arab ini menghentikan mobilnya karena ingin buang air kecil. Namun karena sudah kebelet, ia mematikan mesin mobil tapi tidak memasang rem tangan.

Ketika sedang buang air kecil, ia kaget bukan kepalang mobilnya berjalan sendiri dan semakin lama semakin kencang. Ia berusaha mengejar tapi tentu saja tidak berhasil. Dan menurut kisahnya, mobilnya tersebut baru berhenti setelah melenceng ke tumpukan pasir di samping jalan.


Namun mengutip pengamatan geologi menyebutkan secara geologis fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan secara logika. Karena Kota Madinah dan sekitarnya berdiri diatas Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun.

Kawasan itu berupa endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilometer melalui zona rekahan sepanjang 600 kilometer yang dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line".

Banyak gunung berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan itu. Seperti Harrah Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Khaybar. Tidak seperti di Indonesia yang gunung-gunungnya berbentuk kerucut sehingga memberi pemandangan eksotis. Gunung-gunung di Arab berbentuk melebar dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut volcanic field atau Harrah dalam bahasa Arab.

Harrah rahat adalah bentukan paling menarik. Dengan panjang 310 km membentang dari utara Madinah hingga ke dekat Jeddah dan mengandung sedikitnya 2.000 km kubik endapan lava yang membentuk 2.000 lebih kerucut kecil (scoria) dan 200-an kawah maar. Selama 4.500 tahun terakhir. Harrah Rahat telah meletus sebanyak 13 kali dengan periode antar letusan rata-rata 346 tahun.

Letusan besar terakhir terjadi pada 26 Juni 1256 yang memuntahkan 500 juta meter kubik lava lewat 6 kerucut kecilnya selama 52 hari kemudian.


Jadi apa sebenarnya fakta ilmiahnya? Menurut fisikawan dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah ilusi. Yup, ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar atau garis cakrawala yang melengkung dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni tanjakan.

Berdasarkan yang telah anda duga tidak diseluruh bagian gunung yang mengalami kondisi 'ajaib' ini. Hanya pada titik tertentu yang langka yang kondisi-kondisi memungkinkan agar efek ini terjadi.

Fisikawan Brock Weiss dari Universitas Negara Bagian Pennsylvania mengatakan "Kuncinya adalah lereng yang bentuknya sedemikian hingga memunculkan efek seolah anda menaiki tanjakan." Pengukuran GPS yang dilakukan Weiss dan ilmuan lainnya menunjukan kalau elevasi daerah dasar tanjakan sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun.

Pikiran manusia seringkali menipu dan inilah mengapa kita tidak dapat semata bertopang pada kesaksian walaupun jujur. Kita memerlukan alat ukur yang lebih canggih dan obyektif. Dalam kasus jabal magnet dan ratusan gunung sejenis di penjuru dunia bukan Hukum Gravitasi Newton yang salah tapi pikiran kita sendiri yang tertipu, begitulah menurut pengamat.

Pengujiannya sederhana sekali, hanya pengukuran GPS di titik dasar dan puncak tanjakan. Anda bisa mencoba sendiri bila anda memiliki GPS. Hal ini mengapa SGS (Saudi Geological Survey) tidak pernah heboh mengenai adanya Jabal Magnet.

Mata manusia dan otak dapat dengan mudah dibohongi sehingga berpikir kalau hukum fisika dapat berubah namun yang ada hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut yang ganjil. Apa yang dimiliki oleh semua lokasi gravitasi terbalik ini adalah cakrawala yang sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi. Akibatnya sulit bagi mata manusia untuk menilai kemiringan sebuah permukaan. Tidak adanya titik referensi yang handal diperkuat ilusinya oleh indera keseimbangan tubuh khususnya bila kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah benda yang secara normal dianggap tegal lurus tanah (seperti pepohonan) dikira memang tegak lurus, padahal ia berbaring. Ilusi ini serupa dengan ilusi kamar Ames dimana bola dapat terlihat bergulir melawan gravitasi.





Komentar

Most Common

Umbul Sidomukti

Confetti Ice Cream Malang

Mlaku-Mlaku Nang Semarang (Day1)

Day Seven-Eight : Penang

Bumi Lambung Mangkurat, Bungas!

Solo Backpacker Goes to Singapore Part II

Solo Backpacker Goes to Singapore Part III

Mengisi Amunisi di Resto Kapitan, Penang